Kenapa sih kok orang-orang bisa punya targetan dan rencana masa depan? Punya banyak mimpi, bahkan ngerasa percaya diri sama kemampuan sendiri? Kamu pernah mikir gitu gak, Venners? Kalau iya, kamu pernah denger tentang Self-Efficacy belum?
Venners, pernah gak sih ngerasain hal diatas? Rasanya kok diri ini gak punya kemampuan apa apa yaa? Rasanya mau mundur aja gitu kalau ditawarin buat kerjain suatu hal, dan percayain hal itu ke orang lain meski diri sendiri yang ditunjuk dan dipercaya buat kerjaan itu.
Oke, stop disitu ya! Karena artikel ini akan menghapus tuntas pemikiran-pemikiran jelek itu!
Nah, sebelumnya sudah pada tahu belum nih istilah Self-Efficacy? Buat Venners yang kesini karena microblog, mungkin sudah paham dan tergambar ya. Tapi buat Venners yang langsung mampir kesini. Oke, akan dijelaskan ulang hihi.
Jadi, apa sih itu Self-Efficacy?
Pada tahun 1977 Psikolog Kanada yaitu Professor Albert Daruna memperkenalkan Self-Efficacy, Konsep Self-Efficacy sendiri adalah keyakinan terhadap kemampuan dalam diri untuk melakukan atau mengatasi suatu hal.
Lalu, juga ada pengertian menurut Banduara dalam Howard (2008) yang menambahkan bahwa Self-Efficacy ini memiliki dampak yang penting, kaitannya dengan keberhasilan nih venners! Yaitu sebagai motivator utama dalam sebuah keberhasilan seseorang. Karena tentunya, dari Venners sendiri pasti lebih memilih untuk mengerjakan sesuatu yang udah yakin bisa dilakuin kan? Ketimbang dengan sesuatu yang kita ragu nih buat ngelakuin.
Selanjutnya, menurut Baron dan Byrne merumuskan bahwa Self-Efficacy ini sebagai evaluasi diri yang dimiliki seseorang terhadap kemampuan dan kompetensinya. Kaitannya dengan pengerjaan tugas, mencapai tujuan juga rintangan. Nah, keyakinan seseorang tentunya mempengaruhi seberapa banyak usaha yang dikeluarkan untuk mencapai keinginan juga wujud pertahanan individu, seperti berapa lama dia tahan terhadap rintangan atau kegagalan yang diterimanya dalam proses mencapai tujuan masa depan.
Dari pengertian-pengertian diatas, mungkin Venners udah dapet poinnya ya. Bahwa, Self-Efficacy ini sangat penting untuk dimiliki seorang individu. Bentuk rasa percaya diri dan keyakinan dalam diri tentunya sangat berpengaruh terhadap orientasi masa depan.
Nah lalu, apa sih faktor rendahnya self efficacy didalam diri seseorang?
Dalam sistem Bandura (dalam Alwisol, 2009;288) dijelaskan nih Venners, bahwa Sef-Efficacy ini dapat diperoleh, diubah, ditingkatkan atau diturunkan, melalui salah satu atau kombinasi empat sumber, diantaranya:
1. Pengalaman Performansi
Ngerasa gak Venners, rasa percaya sama kemampuan diri itu sering naik turun ketika kita laluin keberhasilan dan kegagalan dalam hidup. Yap, inilah salah satu faktor Self-Efficacy kita mengalami hal tersebut. Pengalaman yang udah kita lalui, secara otomatis bisa menjadi pendorong atau penyebab turunnya Self-Efficacy. Dari keberhasilan, kita bisa menjadi semakin yakin terhadap diri kita sendiri. Sedangkan, apabila gagal bisa timbul dua opsi. Termotivasi atau rasa ingin menyerah.
2. Pengalaman Vikarius
Pengalaman Vikarius atau modeling sosial.
Duh, duh duh. Liat deh dia keren banget! Masih mudah, berbakat, dan udah sukses.
Nah, faktor lain yang mempengaruhi rendahnya Self-Efficacy adalah dari panutan atau idola kita nih Venners! Tentunya, ketika melihat panutan kita berhasil. Kita akan menjadi termotivasi untuk ikut maju, namun ketika sang panutan itu mengalami kegagalan. Akan menimbulkan perasaan dalam diri, seperti “ahh, dia aja yang hebat gak bisa.. apalagi aku..”.
Hal ini pun berlaku dari lingkungan kita yaa Venners! Dimana ketika kita mengamati kegagalan orang lain atau orang disekitar kita mengalami kegagalan. Itu bisa menjadi hal menurunnya Self-Efficacy.
3. Persuasi Sosial
Perusasi sosial atau pengaruh yang diberikan oleh seseorang. Pengaruh seperti apa? Bisa secara blak blakan atau tersembunyi ya Venners. Contohnya dalam bentuk dukungan atau pernyataan negatif. Dengan mendengar hal-hal negatif tentang dirinya, tentunya hal tersebut berdampak terhadap Self-Efficacy dalam diri.
4. Keadaan Emosi
Nah, mungkin hal ini menjadi salah satu musuh terbesar kita ya Venners.Yap, keadaan emosi. Keadaan emosi yang mengikuti atau datang ketika kita lagi lakuin kegiatan, tentunya berdampak terhadap efikasi di dalam diri. Emosi yang kuat, takut, cemas, dan stress bisa menjadi penyebab turunnya Self-Efficacy yang dimiliki seseorang.
Nah, sudah selesai dengan penyebab rendahnya Self-Efficacy. Lalu, bagaimana sih caranya meningkatkan Self-Efficacy? Oke, inilah jawaban yang Venners tunggu-tunggu!
1. Belajar dari sebuah kegagalan
Sesuai dengan faktor rendahnya Self-Efficacy niih Venners, sebuah kegagalan bisa menjadi penyebab turunnya Self-Efficacy di dalam diri. Maka dari itu, belajar dari sebuah kegagalan merupakan hal yang penting. Mundur dan menyerah bukanlah sebuah jawaban, jadikanlah kegagalan sebagai motivasi dan kesempatan untuk berubah menjadi lebih baik lagi ya Venners!
2. Mengamati keberhasilan seseorang
Modeling sosial, atau pengamatan kita terhadap orang lain rupanya menjadi faktor naik turunnya Self-Efficacy ya Venners? Maka dari itu, ketika panutan atau orang terdekat dalam lingkungan kita mendapatkan keberhasilan. Jadikan hal itu menjadi sebuah motivasi. Untuk apa iri dengki dan julid? Lebih baik jadikan itu sebagai pijakan untuk melangkah lebih maju kan Venners?
3. Mencari feedback positif
Tentunya kita akan lebih bersamangat ketika membaca hal-hal positif kan Venners? ‘semangat, jangan pantang menyerah’, ‘yuk bisa yuk’, ‘tidak ada kata terlambat untuk memulai’. Meski terkesan simple, tapi pertanyataan serta feedback positif memiliki pengaruh dalam meningkatnya Self-Efficacy. Maka dari itu, perlu dari kita untuk menyaring ujaran-ujaran yang bisa kita baca atau dengar. Kita hanya memiliki dua tangan, tidak cukup untuk membungkam semua mulut dan mencegah ketikan jahat seseorang. Tapi dengan dua tangan itu lah, kita bisa menutup telinga dan menutup mata untuk memilih apa yang ingin kita baca dan dengar.
4. Kelola pikiran dan emosi
Setelah kita tahu sebelumnya, kondisi emosi sangat berpengaruh yaa terhadap Self-Efficacy yang kita miliki Venners! Maka dari itu, sebuah pengendalian terhadap emosi dan pikiran menjadi sangat penting. Contoh kecilnya adalah menyingkirkan pikiran-pikiran negatif yang mengganggu konsentrasi dan penurun mood. Beri pujian-pujian kecil dan harapan-harapan positif untuk diri kita. Daripada lelah memikirkan kemungkinan buruk yang belum tentu terjadi, lebih baik mempersiapkan diri untuk kemungkinan terbaik yang terjadi.
Gimana nih Venners? Setelah baca keseluruhan artikel, jangan terima lagi yaa pikiran dan hal-hal yang membuat Self-Efficacy kita menurun.
Ayo suarakan, “Tidak ada yang tidak bisa kulakukan!”
Referensi:
Jauharotunisa, R. (2019). Teori Self Efficacy. Journal of Physics A: Mathematical and Theoretical, 44(8), 1689–1699.
Kurniawan, H. G. (2019). Hubungan Antara Self-Efficacy dengan Orientasi Masa Depan Pada Mahasiswa Tingkat Akhir.
Fitriani, F., & Rudin, A. (2020). Faktor-Faktor Penyebab Rendahnya Efikasi Diri Siswa. Jurnal Ilmiah Bening : Belajar Bimbingan Dan Konseling, 4(2), 1–8. https://doi.org/10.36709/bening.v4i2.12082
Lestari, I. P. K. (2014). Upaya Meningkatkan Self Efficacy Rendah Terhadap Pemilihan Karir Dengan Konseling Behaviour Teknik Modeling Simbolik Pada Siswa Kelas VIII E Di SMPN N 6 Batang.
Self-Efficacy sebagai Kunci Keberhasilan, Ini Cara Melatihnya. (2021). Alodokter.com. https://www.alodokter.com/self-efficacy-sebagai-kunci-keberhasilan-ini-cara-melatihnya
Penulis: Ghina Aulia Nur Fadhila
Edvan Global Link,
Your Education and Career Planning Partner