[flexy_breadcrumb]
Featured Image (Self-Awareness_ Apakah Kita Telah Benar-Benar Aware_)

Self-Awareness: Apakah Kita Telah Benar-Benar Aware?

Halo Venners! Pasti kita udah nggak asing banget, kan, sama istilah self-awarenessSelf-awareness ini emang populer banget, Venners, di zaman sekarang apalagi di masa pandemi karena banyak orang yang mulai paham kalau kesehatan mental itu sangatlah penting. Jadi, buat kamu yang belum tahu, self-awareness adalah kemampuan memandang diri sendiri dengan jernih, memahami siapa diri kita sebenarnya, dan memahami pula pandangan orang lain terhadap diri kita. Itu artinya, self-awareness itu bukan hanya tentang diri kita sendiri, tapi ada juga porsi bagaimana kita menerima perspektif orang lain. Udah paham, kan, sekarang? Oke, kita lanjut!

Hmm, ngomong-ngomong apakah kita telah benar-benar peduli dengan diri kita sendiri? Terdapat riset yang sangat mengejutkan, nih, so, jangan kaget, ya. Riset ini dilakukan oleh Tasha Eurich dan timnya. Riset tersebut menunjukkan bahwa banyak orang menganggap dirinya telah self-aware padahal sebenarnya self-awareness merupakan kualitas yang langka. Cuman ada sekitar 10%-15% orang yang benar-benar self-aware terhadap diri mereka sendiri. Duh, jangan-jangan kita termasuk ke dalam orang yang ngaku-ngaku udah self-aware, nih. Semoga nggak, deh, ya. 

Jadi, self-awareness itu bisa dibagi jadi dua tipe, yaitu:

  • Internal self-awareness: Cara kita memandang nilai, passions, aspirasi, bagaimana kita menempatkan diri kita di suatu lingkungan termasuk reaksi yang kita tunjukkan dalam hal pemikiran, perasaan, perilaku, kekuatan, dan kelemahan yang ada dalam diri kita sendiri, serta memahami dampaknya terhadap orang lain.
  • External self-awareness: Memahami bagaimana orang lain memandang diri kita (menerima  feedback yang membuat kita semakin tumbuh).

Intinya, untuk punya self-awareness yang maksimal, kita harus menyeimbangan porsi keduanya dan bukan hanya condong ke salah satunya aja, ya! Supaya kita tahu alasannya, kita simak penjelasan terkait kategori self-awareness menurut Tasha Eurich di bawah ini. Dan, setelah kamu mengetahuinya, kita sama-sama nilai diri kita sendiri, yuk!

  • High Internal Self-Awareness X Low External Awareness (INTROSPECTIVE)

Orang-orang pada kategori ini cenderung dapat memandang dirinya secara jelas, tetapi tidak menantang dirinya untuk memiliki perspektif baru atau mencari feedback dari orang lain yang dapat membuat mereka tumbuh ke arah yang lebih baik. Hal ini dapat merusak hubungan dan dikhawatirkan dapat menghambat proses menuju sukses. Sebagai seorang pelajar yang sedang merencanakan hal-hal yang ingin diraih tentu saja, nih, kita memerlukan feedback dari orang-orang yang ada di sekitar kita. Misalnya, kamu bisa konsultasi seputar pendidikan yang akan kamu tempuh kepada orang tuamu, gurumu, atau teman-teman di sekitarmu. Intinya, jangan sampai kita menyesal karena kita terlalu egois dan tutup telinga terhadap masukan-masukan yang sebenarnya layak dipertimbangkan, ya. 

  • Low Internal Self-Awareness X Low External Self-Awareness (SEEKERS)

Orang-orang pada kategori ini bisa dibilang sangat terombang-ambing, nih, Venners, karena mereka tidak tahu siapa diri mereka, nilai apa yang mereka pegang, dan bahkan mereka tidak tahu bagaimana pandangan orang lain terhadap mereka. Hal ini tentu saja berbahaya, Venners, karena kalau terus-terusan kehilangan arah dikhawatirkan mereka akan merasa frustasi dengan diri sendiri dan hubungan yang dibangun bersama orang lain pun tidak akan berjalan baik. 

  • High Internal Self-Awareness X High External Self- Awareness (AWARE)

Kategori ini bisa dikatakan zona ideal yang diharapkan banyak orang. Mereka yang ada pada kategori ini tentu saja dapat memandang dirinya dengan jernih, mereka tahu apa yang ingin mereka capai, dan mereka juga mempertimbangkan opini orang lain yang diberikan terhadap mereka. Keseimbangan kedua hal yang didambakan ini memang memerlukan proses, Yuk bisa yuk menjadi bagian dalam kelompok ini!

  • Low Internal Self-Awareness X High External Awareness (PLEASERS)

Kita mungkin sudah tidak asing lagi dengan isitlah people-pleaser. People-pleaser adalah orang-orang yang terlalu berlebihan dalam memenuhi keinginan orang lain dan cenderung tidak dapat mempertahankan self-boundaries yang dimilikinya. Mereka terlalu memfokuskan diri pada penilaian orang lain dan mengesampingkan nilai-nilai yang mereka pegang. Sehingga, terkadang mereka tidak puas dengan keputusannya sendiri, tetapi mereka berusaha untuk tidak mengutarakannya. 

Jadi, kamu masuk ke dalam kategori mana, nih, Venners? Semoga kamu termasuk ke dalam golongan orang-orang yang udah aware, ya, sama diri kamu sendiri. Pada kenyataannya untuk mencapai titik keseimbangan memang perlu proses karena mewujudkan self-awareness yang maksimal adalah perjalanan panjang yang mengharuskan kita untuk terus-menerus belajar dari setiap keadaan. Nggak ada yang instan, Venners, karena mi instan pun perlu dimasak. Setuju? Pokoknya, nggak pernah berhenti untuk berusaha mencintai dan memahami diri sendiri serta terbuka dengan opini orang lain adalah jalan ninja yang bisa kita coba untuk meningkatkan self-awareness kamu, Venners! Selamat menyelami diri kamu sendiri dengan caramu sendiri. You do you!

Referensi:

Eurich, T. (2018, January). What Self-Awareness Really Is (and How to Cultivate It). Retrieved from hbr.org: https://hbr.org/2018/01/what-self-awareness-really-is-and-how-to-cultivate-it

Penulis: Anindytaa Fitriyani

Edvan Global Link,
Your Education and Career Planning Partner

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *