Venners, perlu kita sadari bahwa apa yang kita inginkan tidak selalu dapat terwujud. Lalu, ketika impian itu tidak terwujud seringkali kita menyalahkan orang lain sebagai pengalihan isu. Lama-kelamaan ini akan membentuk de-motivasi di lingkunganmu karena energi negatif yang kamu sebarkan. Jika kamu merasa seperti itu, kamu harus berhenti melakukannya.
“Orang-orang menghabiskan terlalu banyak waktu untuk menemukan orang lain untuk disalahkan, terlalu banyak mencari energi alasan untuk tidak menjadi apa yang mereka mampu, dan tidak cukup energi menempatkan diri mereka di garis yang benar, tumbuh keluar dari masa lalu, dan melanjutkan hidup mereka.” (J. Michael Straczynski)
Imajinasi luar biasa yang dimiliki blamers, membuat mereka mudah membalikkan fakta dan mendistorsi realitas dengan cara menyelamatkan karakter atau reputasi mereka. Blamers hanya memiliki dua opsi, menyalahkan diri sendiri atau menyalahkan orang lain.
Kesuksesan tanpa kegagalan yang diinginkan, membuat blamers tidak dapat bertanggung jawab atas kesalahan yang mereka perbuat. Mereka cenderung tidak bisa menerima kegagalan karena degradasi kepercayaan terhadap diri sendiri. Mereka senantiasa melibatkan orang dalam skenario hidupnya dan menyalahkan orang tersebut ketika mengalami kegagalan dalam hidupnya.
ROLE MODEL PEMICU MUNCULNYA BLAMING OTHERS
Lingkungan sekitar dapat memberikan banyak dampak bagi diri kita, termasuk munculnya karakter pribadi.
“Role modeling is the most basic responsibility of parents. Parents are handing life’s scripts to their children, scripts that in all likelihood will be acted out for the rest of the children’s lives.” (Stephen Covey)
Sebagian besar karakter pribadi tumbuh atas sosialisasi yang dilakukan oleh keluarga. Namun, ketika beranjak dewasa justru lingkungan eksternal memiliki persentase yang cukup besar dalam mempengaruhi karakter pribadi.
Budaya saling menyalahkan seringkali didemonstrasikan oleh orang tua ataupun atasan. Tanpa disadari hal negatif tersebut terus berkembang dan menjadi kebiasaan negatif yang banyak ditiru. Menyalahkan orang lain memberikan kelegaan sementara karena dianggap sebagai tameng untuk melindungi diri sendiri agar tidak disalahkan.
Maka dari itu, modal utama pembangunan karakter dimulai dari lingkungan yang baik dan sehat. Hal itu jelas sangat memengaruhi kekokohan prinsip hidup suatu orang dalam memandang baik dan buruknya kehidupan.
BLAMING OTHERS MEMPERBURUK MENTAL DIRI
Menyalahkan orang lain atas kegagalan yang kamu alami justru membuat kamu tidak bisa menerima kekurangan serta kegagalan dalam proses yang harus kamu lalui. Bertanggung jawab penuh atas semua prilaku dan tindakan yang kamu lakukan dapat melatih kedewasaan, sehingga dapat menciptakan suatu kesuksesan.
Apakah kamu sedang terjebak dalam situasi ini? Coba tanyakan pada diri sendiri. Apakah saya bertanggung jawab penuh atas semua tindakan saya? Dapatkah saya menerima kondisi dan kesulitan yang sedang saya hadapi dan membuat segalanya menjadi lebih baik? Lalu, Bagaimana saya bisa bertanggung jawab untuk menjadi lebih baik?
Berhenti menyalahkan, mulailah menerima kekurangan serta kegagalan, dan jangan lupa untuk bertanggung jawab atas apa pun yang kamu lakukan. Dengan begitu, kamu akan tumbuh menjadi pribadi yang lebih dewasa, mandiri, bijak, dan memiliki karakter yang kuat.
Blamers akan menyalahkan keadaan eksternal; orang sukses menginternalisasi tanggung jawab atas apa yang mereka lakukan. Perubahan pola pikir ini penting untuk diterapkan demi kemajuan kamu.
“Hampir semua ketidakbahagiaan dalam hidup datang dari kecenderungan untuk menyalahkan orang lain.” (Brian Tracey)
TANGGUNG JAWAB PRIBADI
Menerima kegagalan dan kesalahan merupakan bagian dari kebesaran hati. Lalu, belajar untuk tidak melakukan kesalahan lagi dan membantu orang lain tidak melakukan kesalahan yang sama merupakan langkah yang bijak.
“You are in control of your thoughts and actions so you are responsible for what you do with your life. Never blame anyone for your mistakes. Learn from them.” (Nishan Panwar)
Intinya, kamu harus belajar menerima dan bertanggung jawab atas semua perbuataanmu beserta risikonya.
REFLEKSI DAN MOVE ON
Apabila mengalami kegagalan, segera introspeksi diri. Akui, evaluasi, dan ambil langkah koreksi. Namun, bila kesalahan tersebut terjadi karena perbuatan orang lain jangan memperkeruh suasana dengan menyerah dan menyalahkan orang tersebut. Sebaiknya, bantu mencari solusinya.
“You can’t undo the past so don’t waste your time blaming others for your bad decisions or the circumstances that you were in, own it, learn from it and move on!” (Nishan Panwar)
Bijaklah dalam menghadapi kegagalan dengan memutar sudut pandang kamu. Jangan hanya melindungi diri sendiri dan berprilaku seolah-olah kamu selalu menjadi korban atas kesalahan orang lain atau yang lebih dikenal playing victim. Lihat dari berbagai sudut pandang, faktor apa saja yang dapat menyebabkan kegagalan tersebut, ambil pelajaran berharga sehingga kamu dapat lebih bijak di kemudian hari.
“We either make ourselves miserable, or we make ourselves strong. The amount of work is the same.” (Carlos Castaneda)
Penulis : Widi Suryati
Edvan Global Link,
Your Education and Career Planning Partner
Yuk baca info menarik lainnya!