Featured Image (People Pleaser - Bantuin Gak Yah)

People Pleaser: Bantuin Gak Ya…?

Hi venners!

Kalian suka merasa ga enakan? Susah menolak ajakan orang lain? Wah, hati-hati loh yang kaya gitu biasanya sering disebut dengan people pleaser!

Apa sih yang dimaksud dengan people pleaser?

Menurut seorang terapis di Bend, Oregon, yakni Erika Myers, People Pleaser merupakan sebutan untuk seorang individu yang kebaikannya melampaui rata-rata, biasanya orang seperti ini selalu berusaha untuk menyenangkan orang lain terlebih dahulu daripada kesenangan dirinya sendiri. Intinya, mengutamakan kepentingan orang lain diatas kepentingan dirinya sendiri. Namun justru kata Myers, kebiasaan ini lama-kelamaan akan merusak diri sendiri karena individu tersebut akan selalu mengutamakan keinginan orang lain meanwhile keinginannya sendiri diabaikan. Sedangkan dalam bahasa Indonesia, people pleaser berarti “penurut.” [Healthline, Myers]

Sebenarnya apa sih yang membuat seseorang bisa berpotensi menjadi people pleaser?

Menurut Myers, ada 9 faktor yang bisa membuat seseorang berpotensi untuk menjadi seorang people pleaser, bahkan tanpa ia sadari.

1. Sering merendahkan diri sendiri 

  • Myers berpendapat jika seorang people pleaser menganggap dirinya layak dicintai jika bersedia untuk memberikan segalanya untuk orang lain.

2. Membutuhkan orang lain agar disukai 

  • People pleaser sering merasa khawatir terhadap penolakan orang lain, sehingga dirinya sebisa mungkin menghindari menolak permintaan orang lain supaya orang lain senang

3 . Sulit mengatakan tidak

4. Sering meminta maaf tidak pada tempatnya

5. Cepat setuju, bahkan saat tidak terlalu setuju

6. Struggle dengan keaslian 

  • People pleaser seringkali kesulitan dalam mengenali perasaan mereka yang sebenarnya. Mereka biasanya terus menghindar dari keinginan dirinya dan berakhir selalu mengutamakan kebahagiaan orang lain.

7. People pleaser cenderung suka memberi alias dermawan

8. Tidak punya waktu luang

  • Menjadi sibuk hanya untuk mengutamakan kesenangan orang-orang di sekitarnya.

9. Tidak menyukai konflik dan pertengkaran, 

  • hal ini bisa kita lihat dari kurangnya intensitas seseorang dalam hal menolak ajakan orang lain. Padahal menolak bukan berarti akan selalu menimbulkan kesalahpahaman, tapi menolak bisa jadi suatu bentuk dimana kita tahu dimana batas kemampuan kita dalam bertanggung jawab akan suatu hal dan tidak memaksakan kehendak atas apa yang kita tidak bisa lakukan.
  • Selain menimbulkan beberapa benefit bagi lawan bicaranya yang merasa terbantu, namun dampak yang didapat untuk dirinya sendiri justru kebalikannya, people pleaser akan berdampak buruk jika terus-menerus dilakukan loh, venners!

Apa saja sih dampaknya? Yuk, kita simak!

Pertama, kamu akan merasa frustasi dan kesal pada diri sendiri karena ketidakmampuan dalam menghadapi “ego” orang lain, namun kamu kemudian bingung, harus melampiaskan amarah kamu kepada siapa karena satu-satunya yang bisa kamu salahkan adalah diri sendiri,

Kedua, Banyak orang memanfaatkan kebaikan yang anda beri,

Ketiga, Stress dan kelelahan,

Keempat, Hubungan dengan orang lain tidak banyak memuaskan anda,

Terakhir, mitra atau teman curhat kamu bisa menjadi frustasi karena bingung melihat tingkah lakumu yang terus-menerus kesulitan dalam menolak ajakan orang lain, apalagi jika orang tersebut baru kamu kenal tempo hari.

Nah, dengan banyaknya dampak buruk yang akan kamu peroleh jika terus-menerus menjadi seorang people pleaser, maka dari itu berikut tips-tips menarik supaya kebiasan kamu berkurang nih, veeners!

1. Lakukan kebaikan saat kamu memang bersungguh-sungguh

2. Belajar melatih diri untuk menolak permintaan orang lain, salah satunya dengan prinsip “setting boundaries

Jadi, setting boundaries ini merupakan suatu hal dimana kita berhak menentukan “batasan” tentang apa yang bisa kita terima atau tidak, yang bisa kita tolerir atau tidak, batasan ini berlaku bagi orang lain dan diri kita sendiri. Dilansir dari buku Dr. Henry Cloud, yang berjudul “Boundaries” dia berkata bahwa kita selaku manusia bisa menetapkan beberapa batasan bagi diri sendiri dengan contoh proyeksi rumah. Ada orang yang hanya bisa melewati pagar, ada orang yang bisa melewati pagar dan ruang tamu, dan ada orang yang bisa melewati semuanya hingga masuk ke bagian kamar kita. Intinya, dalam setting boundaries kita berhak menentukan batasan untuk personal space, emotional space dan lain-lain. 

Terus, siapa saja yang berhak kita batasi keberadaannya? 

Siapapun. Maksud disini adalah, kita berhak menentukan boundaries bagi teman (significant others), keluarga, bahkan orang tua sekalipun. Dan sifatnya pun bisa berupa batasan fleksibel, big deal (serius), dan lainnya. 

Seperti contohnya boundaries untuk orang lain, kita tidak bisa menerima telepon atau message lebih dari jam 10 malam misalnya, karena hal tersebut bisa berpengaruh kepada kesehatan mata kita dimana jika masih menggunakan gadget hingga larut malam maka kesehatan mata kita akan menjadi resiko utamanya.

nah contoh untuk boundaries diri sendiri, misalnya kita mengerjakan tugas sesuai porsi & jadwalnya (harus tepat waktu), atau misalnya di hari weekend kita tetapkan sebagai jadwal untuk memberikan ketenangan dalam diri lewat olahraga atau jogging supaya badan kita selalu aktif di tengah kesibukan yang kita jalani.

Sebenernya buat apa sih kita membuat boundaries dan membaginya sesuai kategori kaya gini?

Salah satu benefit dari setting boundaries itu sendiri dapat membuat perbedaan yang jelas antara posisi kita dengan orang lain serta membagi porsi keinginan atau ego kita dengan yang orang lain miliki. 

Salah satu hal yang penting dalam membangun boundaries pun sangat mudah loh, veeners!

Hanya membutuhkan niat, tegas akan batasan diri, serta mengerti value apa yang dimiliki diri sehingga kita tidak akan selalu merasa rendah diri apabila sedang berhadapan dengan orang lain, serta mengurangi porsi rasa bersalah dalam diri.

Sumber:

Penulis: Nisrina Nuraini

Edvan Global Link,
YourEducation and Career Planning Partner